Ini hadits dha’if. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari sanad Khalid bin al-Qasim dari al-Laits bin Sa’d dari Aqil. Ibnul Jauzi mengatakan dalam kitab Hadits-hadits Maudhu’at bahwa itu bukan hadits sahih. Khalid adalah penipu atau pendusta. Ia mengambil hadits dari Ibnu Luhai’ah yang menisbatkannya ke- pada Laits. Sedang Ibnu Luhai’ah hafalannya sangat lemah.
Ibnu Adi dalam al-Kamil 1/211, mengisahkan bahwa Marwan (perawinya) mengatakan: “Aku tanyakan kepada Laits sedang ia tengah tidur sehabis Asar pada bulan Ramadhan: ‘Wahai Abu Harits, mengapa engkau tidur sehabis solat Asar? Tidakkah engkau dengar hadits Luhai’ah?’ Dengan santai ia menjawab: ‘Aku tidak akan meninggalkan amalan yang bermanfaat bagiku karena hadits Luhai’ah dari Aqil.”
Jawaban Laits ini sungguh menakjubkan sekaligus menunjukkan ketinggian ilmu dan fiqihnya. Tak mengherankan sebab Laits adalah imam kaum muslimin dan fuqaha yang sangat terkenal. Dan kini saya banyak menyaksikan syekh-syekh yang meninggalkan tidur setelah asar, sekalipun mereka sangat perlu melakukannya. Bila dinyatakan kepada mereka bahawa hadits tersebut lemah, dengan serentak mereka akan menjawab, “Kita lebih baik mengamalkan hadits dha’if dalam keutamaan amalan.”
Karena itu perhatikanlah perbedaan antara fiqihnya salafus saleh dengan ilmunya khalaf