Ini salah satu dari sederetan hadits maudhu’. Dalam sanadnya terdapat Jibillah bin Sulaiman yang oleh adz-Dzahabi dinyatakan dalam deretan perawi tidak tsiqah (tidak terpercaya).
Menurut saya, penyebar hadits ini bukan saja tidak kuat, tetapi jelas seorang pendusta ulung. Yang pasti, riwayat ini batil. Seorang mukmin tidak akan ragu terhadap pernyataan ini, sebab bagaimana
mungkin Rasulullah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan bagi orang-orang mukmin?
Tampaknya pemalsu hadits ini berasal dari kalangan sufi yang dungu, yang berkeinginan menabur benih akidah sufiyah batil. Antaranya, iaitu mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah dengan dalih mendidik jiwa, seolah-olah apa yang didatangkan oleh tidak cukup atau kurang sempurna. Sehingga mereka buat peraturan untuk menyempurnakan ketetapan ilahi.